Friday 11 December 2015

PEMANFAATAN TEKNOLOGI BAHAN BAKAR HIDROGEN SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK BERSKALA KECIL DENGAN SISTEM FUEL CELL SERTA RAMAH LINGKUNGAN DALAM UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DAERAH TERPENCIL DI INDONESIA

Listrik merupakan kebutuhan yang tidak dapat di pisahkan dari masyarakat, semua bidang relatif membutuhkan listrik,.  Kebutuhan energi tersebut dipenuhi melalui pemanfaatan energi fosil yang dampaknya berupa meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca dan polutan lainnya. Untuk itu di perlukan energi terbarukan yang ramah lingkungan agar ketersediaan energi ini akan berkelanjutan.
      Negara Indonesia adalah Negara kepulauan yang masih banyak daerah-daerah yang masih terpencil dan belum ada penerangan listrik dan terjangkau oleh PLN. Padahal listrik atau penerangan sangat dibutuhkan oleh daerah tersebut agar daerah tersebut tidak ketinggalan dalam memperoleh informasi yang bertujuan untuk memajukan daerah tersebut dan dapat meningkatan pruduktifitas masyarakatnya. Oleh karena itu uintuk memenuhi kebutuhan akan penerangan listrik untuk daerah terpencil perlu diciptakan alat yang dapat menjangkau tempat terpencil yang murah dan ramah lingkungan salah satunya adalah pemanfaatan bahan bakar hidrogen dalam sistem fuel cell.
 

1 Bahan Bakar Hidrogen

     Salah satu jenis bahan bakar alternatif yang banyak dicermati saat ini adalah hidrogen. Seperti diketahui bahwa hidrogen dapat berfungsi sebagai energi untuk semua kegunaan sebagaimana layaknya minyak bumi dan gas alam. Hidrogen tersedia dalam air dan senyawa organik dalam bentuk senyawa hidrokarbon. Pemotongan ikatan-ikatan kimia di dalam air akan menghasilkan hidrogen yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Hidrogen dapat dihasilkan melalui beberapa proses seperti : elektrolisa, fotoelektrokimia, steam reforming, fotobiologi, dan lain-lain. Hidrogen dapat pula dihasilkan dengan menggandeng sumber-sumber energi terbarukan, seperti : energi air, energi surya, energi angin, dan energi panas bumi. Hidrogen yang dihasilkan dapat disimpan dalam bentuk gas atau cair, sedangkan transportasi dan distribusinya dapat dilakukan dengan berbagai cara.
    Salah satu produksi hidrogen yang saat ini dikenal adalah dari listrik melalui elektrolisa. Produksi hidrogen langsung dengan elektrolisa air, terutama dihubungkan dengan pembangkit listrik tenaga air, sedangkan produksi hidrogen secara tidak langsung melalui listrik pembawa energi. Dekomposisi air dengan elektrolisa terdiri dari dua reaksi yang terjadi pada dua elektroda. Kedua elektroda ini dipisahkan oleh elektrolit yang konduktif ion. Hidrog diproduksi pada elektroda negatif (katoda) dan oksigen pada elektroda positif (anoda). Pertukaran muatan terjadi melalui aliran ion. Untuk menjaga gas yang diproduksi terpisah, dua area reaksi dipisahkan oleh separator konduktif ion, sedangkan energi untuk pemisahan air didapatkan dari listrik. Untuk proses elektrolisa air konvensional, area anoda dan katoda dipisahkan oleh mikro-poros diafragma untuk mencegah tercampurnya produk gas. Dengan tekanan keluaran 0,2 – 0,5 Mpa, proses ini dapat mencapai efisiensi sekitar 65%. Pada proses elektrolisa air tekanan tinggi digunakan material khusus, dan hidrogen yang dihasilkan menggunakan tekanan di atas 5 Mpa. Sedangkan pada proses elektrolisa air suhu tinggi, dibutuhkan sebagian energi untuk memisahkan air bersuhu tinggi dan mengurangi konsumsi listrik. Sistem produksi hidrogen dengan menggunakan elektrolisa air seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Sistem Produksi Hidrogen Dengan Elektrolisa Air

2 Kebutuhan Listrik Daerah Terpencil

            Kebutuhan listrik di daerah terpencil sangatlah kurang,. Sistem kelistrikan Indonesia diluar sistem Jawa – Bali dan Madura yang terinterkoneksi, sebagian besar merupakan sistem kelistrikan yang relatif belum berkembang. dimana satu sama lainnya masih terisolasi. Sistem masih terdiri dari sub-sistem dan sub-sistem kecil yang masing-masing terpisah satu sama lain dan masih terdapat di daerah-daerah terpencil yang terisolasi. Berikut adalah contoh kondisi kelistrikan di wilayah di Indonesia
 Bangka Belitung, Jumlah penduduk Propinsi Kepulauan Bangka Belitung 0,9 juta jiwa dan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,4% per tahun dengan komoditi strategis pariwisata, pertanian, kelautan dan industri. Kondisi kelistrikan disuplai oleh PT PLN (Persero) dan pihak swasta untuk pemakaiannya sendiri dari PT Timah Tbk, dan PT Koba Tin. Melalui PT PLN (Persero) Propinsi Kepulauan Bangka dan Belitung memiliki daya mampu sebesar 31 MW dan beban puncak mencapai 31 MW. Penambahan daya dalam waktu dekat sangat diperlukan. Rasio elektrifikasi sudah mencapai 62% dari 185 desa, sedangkan desa yang belum berlistrik berjumlah 84 desa. Pemerintah Daerah sangat mendorong pencapaian diversifikasi energi. Dengan adanya PLTU batubara skala kecil memungkinkan penganekaragaman sumber energi untuk pembangkit tenaga listrik dan dapat mensubstitusi pemakaian BBM



3 Pemanfaatan Bahan Bakar Hidrogen dalam sistem Fuel cell  sebagai pembangkit listrik skalla kecil

Di Indonesia bahan bakar fosil (primary energy) merupakan bahan bakar utama untuk pembangkit listrik. Pada tahun 2003 kebutuhan energi untuk pembangkit listrik di Indonesia diproyeksikan akan mencapai 192.080 GWH, 86% nya dipenuhi oleh bahan bakar fosil. Untuk keperluan tersebut batubara akan dibakar sebanyak 61,394 juta ton, sedangkan konsumsi minyak dan gas bumi diproyeksikan akan melebihi produksi minyak dan gas bumi sehingga dikhawatirkan Indonesia akan mengimpor minyak pada saat ini.
Dari beberapa jenis fuel cellyang ada, masing-masing mempunyai spesifikasi dalam aplikasinya, karena hal ini berkaitan dengan kondisi operasi fuel celltersebut. Fuel celldengan kondisi operasi pada suhu seperti PEMFC cocok digunakan pembangkit listrik skala kecil (portable power) sedangkan fuel celldengan suhu operasi menengah dan suhu tinggi seperti : PAFC, MCFC, dan SOFC sangat cocok untuk aplikasi pembangkit listrik skala besar (power plant) karena mampu untuk diaplikasikan pada co-generationdan combined cycle. Pengembangan PEMFC sebagai stationary power generationbanyak diaplikasikan pada pemenuhan listrik untuk perumahan dengan kapasitas 1 – 7 kWatt, seperti terlihat pada Gambar 2  Untuk keperluan listrik perumahan, PEMFC dapat menggunakan bahan bakar gas alam atau LPG setelah melalui proses reformasi menjadi gas hidrogen
Gambar 2 Diagram Blok Sistem Fuel Cell Untuk Aplikasi Pada Perumahan
Pada dasarnya pembangkit listrik fuel cell terdiri atas 4 sub-sistem utama yaitu :
• Fuel processing
• Pembangkit fuel cell
• Pengkondisian daya (DC-AC inverter)
• Pemulihan panas (heat recovery) 

 

KESIMPULAN

  • Hidrogen merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan dan mempunyai jumlah yang melimpah. Hidrogen dapat berfungsi sebagai energi untuk semua kegunaan sebagaimana layaknya minyak bumi dan gas alam.
  • Fuel Cellsebagai teknologi pembangkit energi prospeknya sangat baik di masa mendatang, baik diaplikasikan pada sektor pembangkit listrik maupun di sektor transportasi. Khusus untuk di Indonesia yang merupakan negara kepulauan, teknologi ini merupakan salah satu teknologi alternatif yang sangat sesuai untuk penyediaan energi listrik.
  • Ketersediaan energi listrik di daerah terpencil sangatlah kurang, untuk itu sistem Fuel Cell  dengan bahan bakar hidrogen merupakan salah satu alternatif yang sangat baik untuk pemenuhan kebutuhan listrik di daerah terpencil.

 

DAFTAR RUJUKAN

Hasan, Achmad.2007. Aplikasi Sistem Fuel Cell Sebagai Energi Ramah Lingkungan Di Sektor Transportasi Dan Pembangkit.Jakarta : Peneliti di Tekknologi Konversi dan Konservasi Energi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Lubis, Abubakar.2007.Energi Terbarukan Dalam Pembangunan Berkelanjutan.Jakarta : Peneliti di Tekknologi Konversi dan Konservasi Energi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Sutrisna, Fendy.2011.Kondisi Kelistrikan Di Beberapa Wilayah Indonesia. (Online) tersedia di : https://indone5ia.wordpress.com/2011/12/17/kondisi-kelistrikan-di-beberapa-wilayah-di-indonesia/ Diakses Pada : 13 Oktober 2015

No comments:

Post a Comment